SUARA gelas
kaca beradu terdengar dari halaman sebuah bangunan tua di Jalan Rajawali,
tepatnya di belakang Rumah tahanan (Rutan) Pekalongan, (6/5) siang, Aroma moka
menyergap hidung saat kita memasuki bangunan bertuliskan “Pabrik Limun, Siroop
dan Air soda Oriental” itu. Di dalam bangunan tua bercat kuning pucat itu
terlihat sejumlah pekerja menurunkan puluhan kerat botol minuman yang telah
kosong dari atas truk.
Sementara
beberapa pekerja lainnya membersihkan botol untuk diisi dengan minuman limun.
Masyarakat di Kota Pekalongan sering menyebutnya dengan nama limun beruap.
“Disebut beruap, karena minuman ini dibuat dari racikan asam citrun dan
karbondioksida,” terang Bagian Administrasi Pabrik Limun, Siroop dan Air Soda
Oriental, Titik Marhaeni.
Titik
menjelaskan, pabrik minuman bermerek “Oriental Cap Nyonya” itu didirikan oleh
Njoo Giok Lien sekitar tahun 1923. Pabrik minuman ini disebut sebagai pelopor
minuman dalam kemasan botol di Kota Pekalongan. Saat ini, pabrik minuman ini
dikelola oleh generasi ketiganya.
Pada
masanya, minuman berkarbonasi ini berhasil merebut hati masyarakat Kota
Pekalongan. Dulu, kata Titik, produk ini menjadi minuman wajib yang disuguhkan
untuk para tamu di Hari Raya Lebaran. “Pada saat Lebaran, banyak warga yang
membeli limun beruap ini untuk disuguhkan kepada para tamu yang datang ke
rumah,” paparnya. Ada beberapa varian rasa yang diproduksi pada masa itu. Di
antaranyalimun oranye, coffe moka, sitrun, sirsak, anggur, leci dan nanas.
Banyak Pesaing
kondisi
itu berlangsung hingga medio 1980-an. Karena sejak krisis moneter 1998, dan
makin banyak pesaing minuman berkarbonasi merek-merek internasional, pemasaran
produk minuman Oriental berkurang. “Kalau ada yang pesan, kami layani, seperti
pelanggan di Pemalang, Kabupaten dan Kota Pekalongan,” tambah Titik.
Kini,
usia limun beruap hampir satu abad. Pengelolanya berupaya bertahan di tengah
persaingan dengan produk-produk minuman lainnya. Selain pertimbangan pabrik
minuman ini menjadi sumber penghidupan bagi keluarga karyawan, minuman ini
masih ada di hati sebagian masyarakat Kota Pekalongan. Ini menjadi pertimbangan
lainnya, sehingga pengelola masih menjalankan pabrik ini di usia yang memasuki
satu abad.
Anna
Maria, generasi ketiga yang mengelola pabrik ini mengatakan, masih banyak warga
Kota Pekalongan yang menyukai limun beruap. Menurut Anna, banyak warga Kota Pekalongan
yang bekerja di luar Kota maupun di luar negeri, setiap pulang ke Kota
Pekalongan pasti membeli limun beruap.
“Masih banyak yang tanya. Dari luar kota
juga banyak yang mencari. Bahkan, ada dari Australia, Amerika, kalau pulang ke
Pekalongan pasti membeli minuman di sini,” kata dia. Saat ini, pabrik minuman
itu hanya memproduksi limun dan air soda. Namun tidak banyak jenisnya. Di
antaranya limun orange dan kopi moka. Kini, pabrik minuman ini mengembangkan
produk lain, berupa the. Setiap hari, pabrik ini memproduksi sekitar 25 hingga
30 kerat minuman limun beruap. (Isnawati-49)
(SUMBER : SUARA
MERDEKA, 12-05-2014)
0 komentar: